Jun 5, 2015

Sofa diatas itu


Selamat malam,

Sofa ini saya temukan diletakkan tepat di depan sebuah rumah besar di sebelah penginapan dimana saya dan ibu saya menginap dalam perjalanan haji kami dulu. Tepat di sebelah kanan sofa ini ada sebuah Mercedes Benz warna coklat diparkir. Tampaknya mobil tersebut sudah berada disana semalaman. Waktu saya kemudian berjalan-jalan di sekitar tempat tersebut saya menyadari bahwa rumah besar tersebut tidak memiliki garasi. Itulah sebabnya mobil tersebut di parkir di luar rumah seperti itu. Usut punya usut ternyata memang lumrah kalau di Mekah, pemilik rumah (artinya mereka orang kaya karena mereka tinggal di rumah, bukan di apartemen sewa milik pemerintah) tidak menjadikan garasi sebagai bagian dari rumah mereka. Namun di saat yang sama dengan informasi bahwa mobil dan bensin sama murahnya namun sulit sekali cari tempat ganti oli,  kelihatan sekali memang betapa sepelenya mobil untuk mereka.

Di sepanjang jalan-jalan utama saya melihat mobil-mobil diparkir di pinggir jalan karena katanya rusak (padahal mungkin hanya mesti ganti oli saja), dari yang keadaannya masih bagus sampai yang hanya tinggal separuh rangka karena bagian atapnya sudah lepas. Dan pada musim haji, mobil-mobil separuh rangka ini ternyata masih bisa jalan karena saya melihat banyak sekali yang menyewanya untuk perjalanan haji dari satu tempat ke tempat lain. Karena katanya mobil-mobil tersebut disewakan dengan murah sekali apabila jamaah haji yang membutuhkannya tidak mempunyai uang untuk menyewa mobil atau ikut bus yang biasanya merupakan sewaan dari jasa layanan haji negara atau swasta.

Kembali ke sofa diatas ini. Saya tidak sempat sama sekali duduk diatasnya. Tapi saya selalu ingat keadaan di sekitar sofa tersebut karena selain waktu itu saya dan ibu saya sedang menunggu untuk dipindahkan ke penginapan yang lebih besar, kita juga merasa lokasinya sangat tidak menyenangkan walaupun saya masih ingat ada sebuah mesjid untuk jamaah India tidak jauh dari sana dimana saya biasanya sholat.

Benda apalagi dari Mekah yang masih saya ingat detailnya sampai sekarang? Nanti ya di lain waktu saya akan cerita.

                                                                   Ika

Jun 1, 2015

Dimata luka, (ternyata) kita semua sebaya

Luka dan Lama. Dua kata yang bila digabungkan terasa berat dan dalam, namun saat dikaitkan dengan usia belasan tahun (ternyata) membuat banyak yang tersenyum bahkan tertawa. Tampaknya ada perasaan sangsi atau ragu dari mereka bahwa usia belasan tahun belum memiliki validasi untuk memberi makna pada dua kata tadi. Luka dan Lama.
Padahal, saat kesembilan seniman belia (yang kebetulan juga siswa sekolah menengah seni) ini sepakat untuk memilih tema luka lama dari begitu banyak tema yang terlontar di hari pertama kurasi pameran dimulai, saya sendiri berpikir bisa jadi mereka akan sekedar memberi definisi baru pada kosa kata yang sangat populer saat ini, galau.
Namun ternyata selama proses kurasi kurang dari dua bulan, dengan gigih mereka menggali, menganalisa bahkan kemudian meredefinisi luka yang mereka alami. Dulu, sekarang dan bahkan diantara keduanya. Dengan melapangkan dada dan juga kepala tentunya, mereka kemudian melakukan berbagai eksplorasi cara untuk menceritakan tentang bagaimana dan apa luka lama itu sebenarnya bagi mereka. Tak pernah sekalipun kata galau terdengar diantara kita, ternyata.
Dan hari ini, dengan waktu pameran yang begitu singkat, Anda akan diajak untuk merasakan sembilan luka lama yang bisa jadi Anda sudah pernah rasakan juga atau bahkan sama sekali baru. Apapun itu, saya sendiri merasa beruntung sekali bisa bermitra bersama sembilan seniman yang membuat saya merasa pada akhirnya saat bicara luka, kita semua sebaya.

                                                                 Ika Vantiani
                                                                    Kurator

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...